Rasulullah Saw. pernah bercerita bahwa fakir miskin adalah penduduk surga yang paling banyak. Itulah yang membuat beliau bersemangat untuk menyedekahkan makanan kepada orang-orang yang dekat dengan surga, diantaranya yakni mereka yang kerap kelaparan selagi di dunia.
Dan yang terjadi jika makanan tersebut diterima oleh fakir miskin yang shalih, apalagi penghafal Qur’an, maka makanan tersebut akan berubah menjadi energi yang digunakan untuk berbagai aktivitas ketaatan, dan tentunya mengalirkan pahala bagi para pemberinya.
Kalau kita main-main ke pelosok, kita akan tahu bahwa orang-orang shalih yang kesulitan mencari makan itu banyak sekali jumlahnya. Mereka biasa ditemukan pesantren-pesantren kecil, dititipkan oleh orang tuanya yang miskin agar bisa ngaji dan bersekolah dengan biaya murah bahkan gratis.
Namun faktanya, banyak juga pesantren yang berjuang memberikan lebih dari itu. Mereka tak hanya membebaskan iuran belajar, namun juga memfasilitasi tempat tinggal dan makanan gratis.
Dan hal ini bisa ditemukan di sebuah pesantren di Kp. Mekarwangi, Curug Kembar Kab. Sukabumi. Jauh di pelosok yang mayoritas masyarakatnya masih tak bisa baca tulis, berdirilah sebuah pondok kecil yang menyimpan banyak harapan, yaitu Pesantren Al-Muhajirin.
Di sana ada 100 anak yang tak bisa bersekolah formal dan akhirnya dititipkan untuk dibina menjadi penghafal Quran. Dan selagi berjuang menjadi hafiz dan hafizah, anak-anak ini diajarkan berkebun dan menanam sayur yang hasilnya akan digunakan mereka untuk makan sehari-hari.
Tapi tak selamanya perjuangan pesantren-pesantren ini mulus. Mereka bisa saja memberikan pendidikan terbaik, namun soal makanan mereka masih kesulitan. Bahkan anak-anak yang sedang menghafal Quran ini kerap makan hanya dengan garam atau nasi yang dicampur bumbu kaldu bubuk agar tidak hambar dan berasa makan ayam.
Tentu saja ikhtiar ini belum bisa sepenuhnya menutupi kebutuhan makan para penghafal Qur’an, mengingat lahan kebun masih terbatas dan rata-rata panen pun hanya 4 kali setahun.
Mereka pun tak bisa hanya mengandalkan pertolongan donatur yang hanya sesekali datang untuk membawa stok mie instan. Mie instan diremuk-remuk supaya bisa lebih awet. Kalau sudah habis mie instan, nasi garam atau kaldu bubuk sering jadi pilihan.
Anak-anak ini pun sudah rutin berpuasa Senin - Kamis, sebagai motivasi agar terus bisa khusyuk menghafal Qur’an walau dalam kondisi kelaparan.
Sahabat, Rasulullah saja, yang sudah dijamin masuk surga, sangat bersemangat untuk menitipkan sedekah makanan kepada orang-orang yang shalih dan tak mampu.
Tapi kita yang belum terjamin surganya seringkali menyepelekan amalan yang ringan ini. Padahal tak disangka-sangka dengan modal sedekah 1 porsi makan saja ganjarannya surga.
Barangsiapa yang memberi makan kepada seorang mukmin hingga membuatnya kenyang dari rasa lapar, maka Allah akan memasukkannya ke dalam salah satu pintu surga yang tidak dimasuki oleh orang lain. (HR. Thabrani)
Dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Adha, setiap donasi yang terkumpul akan disalurkan berupa daging atau hewan untuk berqurban. Bukan hanya di pesantren Al-Muhajirin saja tapi disalurkan juga ke pesantren, panti dan warga polosok yang membutuhkan
disclaimer: Setiap donasi yang sahabat berikan itu sudah termasuk sedekah untuk operasional dan penyaluran
Belum ada Fundraiser