

Setiap pagi, sejak matahari belum terbit, langkah-langkah kaki menyusuri jalanan hutan yang licin dan terjal. Di Kampung Rempeug, Desa Sinarjaya, Garut, air yang merupakan kebutuhan dasar— menjadi barang langka.

Pak Beni, Ketua RT setempat, menyaksikan sendiri bagaimana 200 jiwa di kampungnya bertahan dalam krisis air bersih yang sudah berlangsung lebih dari 20 tahun.
“Setiap hari kami harus berjalan jauh ke hutan. Kalau kesiangan, ya enggak kebagian air,” ucapnya.

Air yang mereka dapatkan? Hanya sedikit yang menetes dari pipa tua, itu pun harus mengantre berjam-jam. Kadang hanya setengah ember per keluarga.
Satu ember itu harus cukup untuk semua: minum, memasak, mencuci, mandi, bahkan untuk berwudhu.
Di sebuah sudut rumah, seorang nenek duduk lemah. Ia tak mampu berjalan jauh, dan tak selalu ada yang bisa membantunya. Kalau tidak ada yang ambilkan, saya puasa air hari itu, ujarnya lirih.
Meski berat, warga tetap bersabar. Mereka gotong royong, saling membantu,
“Kami tidak butuh hidup mewah. Kami hanya ingin air bersih yang dekat, yang bisa kami jangkau.” – Pak Beni
Di hari Jumat yang penuh berkah ini mari bantu masyarakat Kampung Penanggungan keluar dari krisis air bersih. Donasi Sahabat akan menjadi amal jariyah yang mengalirkan manfaat tak terputus, mengembalikan hak dasar, menyelamatkan generasi, dan mengubah kehidupan mereka.