

Puluhan Tahun Berjuang, Berjalan Kaki dan Antri Pukul 2 Dini Hari Demi Setetes Air
Bayangkan tinggal di gunung selama puluhan tahun, warga Kampung Nu di Manggarai Timur, NTT, harus berjalan jauh ke dalam hutan hanya untuk mendapatkan air. Sumber kehidupan mereka hanyalah air hujan yang ditampung dalam sumur-sumur buatan sendiri. 
Itulah yang dialami warga Kampung Nu, Desa Compang Soba, Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur. Setiap hari, mereka hanya bergantung pada air hujan. Saat musim kemarau tiba, air menjadi sangat langka, sehingga mereka harus benar-benar menghemat penggunaannya.

Fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) yang terbatas membuat sanitasi menjadi buruk dan berdampak pada kesehatan warga. Kampung Nu juga berjarak sekitar 74 kilometer atau 2,5 jam dari pusat kota, dengan kondisi jalan yang rusak dan sulit dilalui. Akses yang sulit ini membuat warga kesulitan mencari nafkah, anak-anak sulit bersekolah, dan mendapatkan air.

Kondisi ini serupa terjadi di Kampung Sukapura, di mana 27 kepala keluarga harus berjuang hidup dalam kekurangan air bersih selama lebih dari 30 tahun. Satu-satunya sumber air yang berada di tengah sawah yang kini mulai mengering.

Setiap hari, warga sudah mengantri sejak pukul 2 dini hari untuk mendapatkan air. Namun, air yang diperoleh hanya cukup 2 sampai 3 ember per keluarga yang harus digunakan untuk semua kebutuhan memasak, mencuci, mandi, dan minum.
Tak jarang, ibu-ibu atau para lansia terpaksa membeli air dari jasa angkut air karena kehabisan air di siang hari.

Di Kampung Reumpeug, Desa Sinarjaya, Kecamatan Bungbulang, Kabupaten Garut, krisis air telah berlangsung lebih dari 20 tahun. Sekitar 60 kepala keluarga atau 200 jiwa terdampak langsung.
Satu-satunya sumber air berada jauh di dalam hutan dan harus ditempuh dengan berjalan kaki melewati medan terjal sejauh 2 kilometer. Jika sumber air utama mengering, mereka harus mencari air ke kampung sebelah yang airnya pun sangat terbatas.

Kekurangan air ini tak hanya menghambat aktivitas harian, tapi juga mengganggu ibadah dan kesehatan warga. Air adalah sumber kehidupan, dan setiap tetes yang kita bantu salurkan adalah harapan baru bagi mereka.
Mari bersama Yayasan Harapan Amal Mulia membantu saudara-saudara kita di pelosok negeri untuk mendapatkan akses air bersih yang layak dan aman. Sedekah darimu akan mengalir menjadi amal jariyah, terus memberikan manfaat bahkan setelah kita tiada.

“Tidak ada sedekah yang lebih utama daripada memberikan air minum.” (H.R. Ahmad).
![]()
Belum ada Fundraiser