Sahabat Mulia, tahukah kalian? Pada masa kekhalifahan, mulai dari Dinasti Umayyah hingga Utsmani, umat ini berhasil menyediakan pendidikan gratis dan berkualitas untuk semua lapisan masyarakat.
Melalui pengelolaan dana wakaf dan sedekah yang baik, jejak keberhasilannya bisa kita lihat saat ini melalui kejayaan Universitas Al-Azhar di Mesir yang telah memberikan pendidikan gratis bagi individu-individu terbaik dari berbagai penjuru dunia selama berabad-abad.
Tapi di Indonesia, umat Islam dan tren wakaf yang demikian tak lagi sama. Buktinya Indonesia yang katanya negara dengan mayoritas muslim terbanyak di dunia, menempati urutan ke 18 di dunia dengan angka putus sekolah tertinggi. Menyedihkan, karena ternyata banyak sekali anak-anak yang bermimpi, tapi tak bisa tinggi-tinggi karena permasalahan ekonomi.
Nasib serupa dialami oleh anak-anak putus sekolah yang belajar di Rumah Tahfidz Pinggiran, terletak di pinggiran Sungai Lais Kel. Silaberanti Kec. Jakabaring, Provinsi Sumatera Selatan.
Rumah Tahfidz Pinggiran ini berada di lahan yang cukup sempit di pinggiran sungai, dengan bangunan yang terbuat dari kayu, bambu dan beratapkan seng, bentuk bangunan seperti rumah limas dimana bangunannya memiliki tiang karena jika tidak menggunakan tiang kemungkinan akan terkena banjir saat air pasang.
Rumah Tahfidz ini berdiri atas dasar empati pihak yayasan melihat kondisi anak-anak dan lingkungan tempat tinggal mereka yang kebanyakan putus sekolah. Dan Rumah Tahfizh ini adalah satu-satunya harapan mereka untuk mengenyam pendidikan gratis walaupun ditengah banyaknya keterbatasan.
Saat ini, sudah ada 45 anak pinggiran yang belajar mengaji di Rumah Tahfizh ini. Ruangan yang mereka tempati sudah banyak sekali yang harus diperbaiki, atap yang bocor, jendela dan lantai yang rusak, sanitasi buruk, bahkan tidak terdapat toilet.
Di rumah tahfidz ini para anak yang tinggal di seberang sungai sudah terbiasa berangkat mengaji menggunakan perahu jika air sungai pasang karena jembatan yang mereka lalui terendam air pasang. Bayangkan saat air sungai pasang, jika berangkat saja harus menggunakan perahu, bagaimana kondisi rumah tahfidz tersebut, apalagi tiang penyangga hanya terbuat dari kayu, yang lama kelamaan akan lapuk dan bisa saja rumah tahfidz tersebut longsor dan hilang ditelan air sungai.
Sahabat, ada puluhan anak putus sekolah di Rumah Tahfizh Pinggiran yang memiliki semangat besar untuk mendapatkan pendidikan dan menjadi penghafal Al-Qur’an. Meski mengalami keterbatasan ekonomi, mereka tetap sabar menuntut ilmu di rumah tahfizh yang bangunannya sudah tidak layak lagi.
Yuk kita wujudkan kembali pendidikan yang mudah bagi siapapun dengan sedekah jariyah. Kita bantu anak-anak putus sekolah di Rumah Tahfizh Pinggiran untuk mendapatkan pendidikan serta melahirkan generasi para Penghafal Qur’an dengan bantu bangun rumah tahfizh yang layak untuk mereka. Mari mengekalkan kebaikan bersama untuk ciptakan pendidikan yang lebih baik di Indonesia.
disclaimer: Setiap donasi yang sahabat berikan itu sudah termasuk sedekah untuk oprasional dan penyaluran
Belum ada Fundraiser